Jackpot108 | Sejarah Suku Bugis Di Sulawesi Selatan
Sejarah Suku Bugis Di Sulawesi Selatan - Suku Bugis merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan. Selain penduduk asli Sulawesi Selatan, para pendatang Malaysia dan Minangkabau yang merantau ke wilayah ini sejak abad ke-15 juga termasuk dalam suku Bugis. selain di Sulawesi Selatan, suku Bugis juga tersebar di beberapa daerah lain antara lain di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Papua, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, dan DKI Jakarta.
Sejarah Suku Bugis Di Sulawesi Selatan
Suku Bugis mempunyai jiwa nomaden. Banyak dari mereka yang bermigrasi tidak hanya ke wilayah lain di tanah air, tapi juga ke negara lain, seperti Malaysia dan Singapura. Suku Bugis yang bermigrasi kemudian menetap di negara tujuan dan berkembang biak disana.
Asal Usul Suku Bugis
Nenek moyang Suku Bugis berasal dari suku Deutero Malay atau suku Melayu Muda. Suku bangsa ini mencapai kampung halamannya melalui daratan Asia yaitu Semenanjung Yunnan.
Nama Bugis berasal dari kata To Ugii yang artinya orang Bugis. “Ugi” mengacu pada raja yang pertama kerajaan Ciina Pammana, Kabupaten Wajo. Nama rajanya adalah La Sattumpugi.
Orang Bugis cenderung menamai diri mereka dengan nama pemimpin mereka. maka dari itu, terbentuklah kata “To Ugi” yang artinya“pengikut Raja La Sattumpugi”.
Raja La Sattumpugi mempunyai keturunan bernama La Galigo. Ia adalah seorang penulis karya sastra terhebat di dunia, berjumlah lebih dari 9.000 halaman. Karya yang terkenal antara lain Sawerigading Opunna Ware yang berarti Yang Dipertuan Ware. Karya ini merupakan perwujudan tradisi masyarakat Bugis.
Evolusi Suku Bugis
Suku Bugis mengalami perkembangan dan membentuk beberapa kerajaan. Kerajaan-kerajaan Bugis Klasik antara lain kerajaan Bone, Wajo, Luwu, Suppa, Sopoeng, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Kelompok masyarakat ini membentuk bahasa dan aksaranya, kebudayaan dan pemerintahan yang mandiri.
Sejarah Kerajaan Suku Bugis
Kerajaan tertua di Sulawesi Selatan adalah Kedatuan Luwu. Dari kerajaan tersebut muncullah kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan yang kemudian menjadi kerajaan besar seperti Kerajaan Tulang dan Kerajaan Gowa. Selain dua kerajaan besar tersebut, terdapat juga kerajaan Mandar, Rappang, Sidenreng, Wajo dan Soppeng.Secara ekonomi, Kerajaan Luwu sangat kaya. Sebab, mereka memiliki industri peleburan bijih besi yang kemudian dibawa ke Malang di dataran tengah pantai. Di Malangke besi dijadikan senjata dan alat pertanian, yang kemudian diekspor ke dataran selatan tempat penanaman padi.
Industri peleburan bijih besi menjadikan Kerajaan Luwu kaya raya. Pada abad ke-14, Luwu telah menjadi kerajaan yang ditakuti, khususnya di bagian selatan semenanjung barat daya dan tenggara.
Kekuasaan Luwu mulai menurun pada abad ke-16. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya kekuatan kerajaan-kerajaan pertanian di selatan. Pada abad ke-19, Kerajaan Luwu juga merupakan sebuah negara kecil.
– Masuknya Islam ke Bugis
Islam masuk ke masyarakat Bugis pada abad ke-17. Saat itu datanglah seorang pengkhotbah Islam dari Minangkabau. Ia diutus dari Aceh oleh Sultan Iskandar Muda untuk menyebarkan Islam di Sulawesi.
Penyiar Islam tersebut adalah Abdul Makmur atau Datuk ri Bandang yang berhasil membuat wilayah Gowa dan Tallo masuk Islam. Lalu ada Suleiman atau Datuk Patimang yang menyebarkan Islam ke Luwu. Selanjutnya yang terakhir adalah Nurdin Ariyani atau Datuk ri Tiro yang mendakwahkan Islam di Bulukumba.
Ketiganya menjalani tugas berat di tengah masyarakat Sulawesi yang sangat memegang teguh tradisi lokal. Oleh karena itu keberhasilan ketiganya dianggap luar biasa.
– Masa pemerintahan kolonial Belanda
Pada pertengahan abad ke-17, VOC menyerbu Sulawesi Selatan. Kedatangan mereka mendapat perlawanan di Kerajaan Gowa. Pertempuran pun tak terelakkan dan terjadi beberapa kali.
Pertempuran yang dipimpin oleh La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka didukung oleh Turtea yang berasal dari kerajaan kecil Makassar. Kerajaan Makassar sebelumnya merupakan pemberontak dari Gowa. Namun karena kedatangan VOC, mereka bersatu.
Namun mereka kalah dalam pertempuran ini sehingga mengakibatkan banyak korban jiwa di pihak Gowa dan sekutunya. Akibatnya mereka harus menandatangani Perjanjian Bongaya yang isinya sangat sekali merugikan Kerajaan Gowa.
Setelah kekalahan ini tidak ada lagi perlawanan berarti terhadap Belanda. Hingga perlawanan terhadap Belanda akhirnya muncul pada tahun 1905–1906 dari Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawol Karaeng Segeri Arumpone.
Namun perlawanan ini kembali berhasil ditumpas oleh Belanda. Selanjutnya Bugis dan Makassar ditaklukkan seluruhnya oleh Belanda. Kerajaan-kerajaan tersebut tidak lagi berdaulat, hanya ada sebagai perpanjangan tangan kekuasaan kolonial Belanda.
Baca Juga : Makanan Yang Wajib Dicoba Saat Berlibur Ke Jepang
Mata pencaharian masyarakat Bugis
Masyarakat Bugis tersebar luas di dataran rendah dan pesisir. Dataran tempat mereka tinggal merupakan daerah yang sangat subur, sehingga sebagian besar orang Bugis bekerja sebagai petani. Sedangkan masyarakat Bugis yang memilih tinggal di pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan.
Selain kedua profesi tersebut, masyarakat Bugis juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Beberapa dari mereka juga bekerja di pemerintahan dan berbagai sektor pendidikan.
Namun, ada juga pekerjaan lain yang bersifat negatif dan dilakukan oleh sejumlah kecil kelompok masyarakat Bugis. Setelah Perjanjian Bongaya dengan penguasa kolonial Belanda, otomatis suku Bugis menjadi sekutu Belanda yang pusatnya di Batavia.
Pada masa ini orang Bugis dapat bergerak bebas dan berada di bawah perlindungan Belanda. Namun, ada kelompok yang menyalahgunakan hak istimewa ini.
Mereka secara efektif menjadi bajak laut dan mengganggu jalur perdagangan timur. Bajak laut ini juga berkeliaran di seluruh kepulauan Indonesia.
Selain itu, beberapa orang Bugis juga bekerja sebagai tentara bayaran. Masyarakat Bugis dikenal tetap setia pada persahabatan. Mereka juga memiliki tradisi pendakian yang sangat kuat. Setelah menjadi sekutu Belanda, mereka menjadi tentara bayaran Belanda dan banyak membantu Belanda.
Salah satu misi yang mendapat bantuan besar dari tentara bayaran Bugis adalah pengejaran Trunojoyo di Jawa Timur. Tentara bayaran ini juga membantu Belanda dalam Perang Padri dalam menaklukkan pedalaman Minangkabau bahkan mendukung bangsa Eropa melawan Ayuthaya di Thailand.
Kesenian Suku Bugis
Suku Bugis mempunyai
profileplaylist.net
kesenian yang cukup kaya dan beragam. Tarian dan musik khususnya menonjol. Dalam tariannya terdapat tari Paduppa Bosara untuk menyambut para tamu.
Tarian ini ditampilkan sebagai bentuk apresiasi dan rasa terima kasih kepada para tamu kedatangan Anda. Ada juga tari Padengan yang artinya “bermain”. Karena awalnya hanya ditarikan di kerajaan dan mencerminkan sifat baik dan sopan seorang wanita.
Tarian Ma'badong merupakan tarian yang dibawakan pada saat upacara pemakaman. Para penarinya mengenakan pakaian berwarna hitam dan menyatukan jari kelingkingnya membentuk lingkaran.
Ada juga tarian Pa'gellu untuk menyambut mereka yang baru kembali dari perang. Tarian Kipas kini ditarikan dengan gerakan yang halus, meski diiringi musik bertempo cepat.
Bahasa Bugis
Suku Bugis zaman dulu menggunakan dua cara berkomunikasi, yaitu lisan dengan bahasa Bugis dan tulisan dengan menggunakan aksara. Menjauh.
Bahasa Bugis terdiri dari berbagai dialek, seperti dialek Bone, dialek Pangkep, dialek Makassar, dialek Pare-Pare, dialek Wajo, dialek Sidenreng-Rappang, dialek Sopeng, dialek Sinjai, dialek Pinrang, dialek Malimpung, dialek Dentong, dialek Pattinjo, Kaluppang dialek Maiwa, dialek Maroangin, dialek Wani, dialek Bugis Kayowa, dialek Buol Pamoyagon (Bugis Pomayagon), dialek Buol Bokat (Bugis Bokat), dialek Jambi, dialek Kalimantan Selatan, dialek Lampung, dialek Sulawesi Tenggara, dialek Bali, Sulawesi Tengah dialek, dialek Riau, dan dialek Kalimantan Timur.
Sedangkan orang Bugis terdahulu menggunakan aksara Far saat menulis. Akasa lontara merupakan naskah yang ditulis di atas daun lontar dengan menggunakan alat tajam kemudian diolesi cairan hitam pada bekas goresannya.
Komentar
Posting Komentar